Kim Jong-un menjadi sosok yang paling dicari oleh media, pekan ini. Sebab, batang hidung pemimpin tertinggi Korea Utara itu sudah tidak terlihat selama hampir satu bulan belakangan.
|
Misteri di Balik Menghilangnya Kim Jong-un |
Hal itu kemudian memicu berbagai rumor penyebab "menghilangnya" putra Kim Jong-il itu, mulai dari kemungkinan dia menderita stroke, diabetes, hingga dikudeta. Wajar jika berbagai rumor muncul, sebab semua informasi terkait dengan pejabat tinggi selalu dijaga ketat dan dirahasiakan.
Titik terang mulai terlihat ketika harian terbesar di Korea Selatan, Chosun Ilbo, pada hari ini melaporkan "hilangnya" Kim karena dia tengah menjalani perawatan medis. Kim disebut baru saja dioperasi di bagian tumit di Klinik Bonghwa, Pyongyang. Chosun Ilbo mengutip informasi tersebut dari seorang narasumber yang tidak ingin disebut namanya.
"Saya dengar Kim Jong-un terluka di bagian tumit sebelah kanan pada Juni lalu setelah memaksakan diri berkunjung ke beberapa tempat. Akhirnya, melukai kedua tumitnya karena luka sebelumnya tidak diobati," tulis Chosun Ilbo.
Namun, informasi ini sulit dibuktikan karena akses informasi di negara diktator itu tertutup.
Publik mulai penasaran terhadap keberadaan Kim, setelah pada akhir September lalu, suami Ri Sol-ju itu absen dari pertemuan Majelis Rakyat Tertinggi. Acara itu dihadiri oleh para pejabat dari partai, militer dan berbagai organisasi nasional.
Sementara, kursi yang telah disediakan untuk Kim, terlihat kosong dan mencolok di antara para pejabat Korut yang hadir.
"Kami berharap bisa melihat dia di acara Majelis Rakyat Tertinggi, karena dia mengikuti acara itu beberapa kali," ungkap seorang pengajar studi Korut di Universitas Korea, Seoul, Yoo Ho-yeol.
Diduga ini menjadi kali pertama Kim absen di acara sepenting itu. Kali terakhir Kim muncul di publik saat menonton konser bersama Ri tanggal 3 September lalu.
Isu kesehatan Kim yang bermasalah muncul ketika dalam sebuah film dokumenter yang ditayangkan media pemerintah, mereka menyebut Kim menderita kondisi fisik yang tidak membuat nyaman. Rumor itu kemudian berkembang liar di saat sejumlah pengamat memperhatikan kenaikan berat badan pemimpin berusia 31 tahun itu.
Laman Dailymail, Selasa, 30 September 2014 melansir bobot Kim terus melonjak sejak dia menggantikan sang ayah. Namun, menurut beberapa ahli, Kim memang sengaja menggemukkan badan supaya menyerupai kakeknya, pendiri Korut, Kim Il-sung. Il-sung begitu dihormati di Korut, bahkan 20 tahun setelah dia wafat, masih dijuluki Presiden abadi republik itu.
Keju asal Swiss, Emmental, diklaim sebagai penyebab bobot Kim melunjak. Harga keju yang mahal, tidak membuat Kim urung mengimpornya dalam jumlah banyak ke Korut. Padahal, di saat bersamaan, Korut sedang dikenai sanksi oleh negara-negara barat.
Pemandangan aneh lainnya terlihat pada Juli lalu, ketika Kim berjalan pincang di peringatan kematian kakeknya. Adegan itu bahkan ditayangkan oleh stasiun berita milik pemerintah.
Namun, pengajar studi Korut di Universitas Dongguk, Kim Yong-hyun, menepis anggapan Kim berjalan pincang. Alih-alih karena alasan kesehatan, bisa saja, kata Yong, dia terluka akibat latihan militer.
"Saya kira situasi kesehatan Kim tidak begitu buruk. Dia mungkin melukai kakinya di saat tengah melakukan inspeksi di garis depan detasemen di Laut Timur. Dia sengaja berpenampilan seperti itu untuk menunjukkan rasa percaya diri dengan tidak menyembunyikan apa pun sebagai pemimpin muda," papar Yong seperti dikutip VOA.
Kesehatan keluarga
Kesehatan menjadi isu yang serius dalam keluarga Kim. Selain diduga mengalami obesitas, Kim juga menderita tekanan darah tinggi dan diabetes.
"Kim Jong-un menderita diabetes. Itulah yang menyebabkan dia berjalan pincang di kedua kakinya. Yang saya ketahui, dia juga menderita hyperucicemia (tingkat asam urat yang tinggi di dalam darah), hyperlipidemia (peningkatan konsentrasi lipid)," kata seorang sumber dan dikutip News Corporated.
Sementara, ayah Kim, Kim Jong-il, meninggal di tahun 2011 karena menderita serangan jantung. Kantor berita milik pemerintah, KCNA, melaporkan di saat tengah melakukan kunjungan kerja, Jong-il disebut menderita tekanan fisik dan mental yang hebat.
"Jantung Kim Jong-il berhenti berdetak. Namun pengabdiannya yang mulia akan selalu dikenang," ungkap KCNA dan dikutip stasiun berita CNN.
Jong-il diketahui telah menjalani perawatan jantung dan cerebrovascular--gangguan yang mempengaruhi aliran darah ke otak dan dapat mengakibatkan gangguan neurologik. Dia terkena serangan stroke di tahun 2008 silam. Sejak saat itu, komunitas intelijen mulai berspekulasi mengenai kesehatannya.
Di tahun 2009, sebuah laporan yang dibocorkan oleh Wikileaks mengungkap pejabat AS di Korsel meyakini kesehatan Jong-il kian memburuk dan diprediksi hidupnya hanya tersisa antara tiga hingga lima tahun. Prediksi orang kian menjadi kenyataan setelah beberapa kali tampil di depan publik, tubuhnya terlihat semakin mengurus dan pipi yang tirus.
Sejarah kesehatan yang buruk, juga tercermin di diri sang kakek, Kim Il-sung. Namun, Il-sung tidak mau menyerah terhadap nasib. Dilansir dari harian New York Times, walaupun akhirnya Il-sung meninggal di tahun 1994 lalu, dia telah mengecam kehidupan selama 82 tahun. Usia itu termasuk di atas rata-rata harapan hidup warga Korut pada umumnya.
Hal itu tidak mengherankan, karena Il-sung dilaporkan pernah memerintahkan para dokternya untuk membuat dia bisa hidup hingga usia 120 tahun. Berita ini bukan sekedar isapan jempol, karena Chosun Ilbo pernah memuat pernyataan salah satu dokter pribadi Il-sung, Kim So-yeon, untuk membantu mewujudkan keinginan pendiri Korut itu.
Dilansir laman International Business Times, Il-sung mulai khawatir terhadap kematian ketika mencapai usia sekitar 65 tahun. Maka, dr Kim dan beberapa rekannya mulai mengumpulkan lebih dari 1.750 jenis tumbuhan dan mendata semua manfaat yang terkandung di dalamnya.
Tumbuhan yang memiliki manfaat yang sesuai kemudian ditanam dan diteliti. Para dokter juga menguji apakah terdapat efek samping dari tumbuh-tumbuhan tersebut.
Setelah meneliti sekian lama, para dokter memperoleh satu cara agar Il-sung bisa hidup lebih lama. Caranya sederhana yakni lebih banyak tertawa.
Saran ini ternyata ditanggapi secara serius oleh para dokter. Mereka lalu memberikan layanan hiburan komedi, dengan harapan Il-sung bisa sering tertawa.
"Kami mengundang beberapa aktor yang kerap tampil. Hasilnya usia dia bisa lebih panjang antara lima hingga enam tahun mengagumkan," kata Kim.
Para aktor itu sukses membuat Il-sung setidaknya lima kali sehari dan bahkan diberi gelar kehormatan aktor berjasa.
Sayang, tertawa saja tidak cukup. Kesehatannya kian memburuk seiring dengan usia yang menua. Di usia 78 tahun, Il-sung mulai menerima transfusi darah dari para pemuda sehat dan berusia lebih muda. Saking seringnya menerima transfusi darah, kata Kim, golongan darahnya berubah dari AB menjadi B.
Perawatan yang terlalu berlebihan justru menyebabkan kesehatannya kian memburuk. Bahkan, mulai muncul tumpukan daging sebesar bola tenis menyerupai tumor di bagian belakang lehernya.
Kendati terlihat jelas, namun berbagai media dilarang untuk memberitakan hal tersebut.
Isu kudeta
Absennya Kim di hadapan publik turut diramaikan rumor bahwa dia telah dikudeta. Berbagai komentar muncul di Twitter versi China, Weibo, pada pekan ini.
Surat kabar China, Global Times, bahkan memuat kolom khusus pada Senin kemarin dengan judul "Bagi Mereka yang Membuat Rumor Kudeta Korut, Apakah Itu Lucu?" Isu itu kian menguat ketika sebuah foto berisi Kim ditangkap dan dibawa ke tahanan oleh dua orang tentara beredar.
Pengamat menduga foto tersebut palsu. Namun, lagi-lagi kabar itu sulit untuk dikonfirmasi.
Laman Asian Correspondent pernah memuat kemungkinan Kim akan dikudeta karena saat ditunjuk menggantikan Jong-il, dia tidak memiliki pengalaman apa pun untuk memimpin Korut. Berita kudeta terhadap Kim yang paling mencuat ke muka publik dilakukan oleh paman dan tangan kanan Kim, Jang Song Thaek.
Dalam pengadilan militer yang digelar tahun lalu, Jang terbukti dan mengaku bersalah telah melakukan pengkhianatan dan percobaan penggulingan rezim. Atas kesalahannya itu, Jang kemudian dieksekusi mati.
Eksekusi atas Jang kemudian diumumkan kantor berita resmi Korut, KCNA. Informasi ini sempat membuat dunia heboh, karena insiden tersebut memunculkan spekulasi apakah itu bagian awal dari krisis yang mengancam rezim berkuasa atau Kim coba menampilkan pencitraan sebagai pemimpin muda yang tidak bisa lagi diremehkan.
Kendati begitu, seorang koki Jepang yang pernah bertugas melayani para pejabat Pyongyang, Kenji Fujimoto, menyebut bisa saja ada kudeta yang dilakukan oleh militer. Namun, Fujimoto membantah Jang dieksekusi karena dianggap membangkang.
Menurut koki yang dekat dengan Kim itu, kesalahan Jang bukan karena ingin melakukan kudeta, tetapi terkait urusan wanita penghibur. Kim merupakan pria yang tidak suka berhubungan dengan wanita berbeda-beda. Walau sang kakek, Kim Il-sung dan ayah, Kim Jong-il kerap dikelilingi banyak wanita cantik.
Melalui eksekusi itu, ungkap Fujimoto, Kim mencoba menghapus praktik tersebut.
Tapi, eksekusi terhadap Jang berarti pendukung utama keluarga Kim juga hilang. Terlebih hukuman terhadap Jang juga berlaku untuk kerabat dan familinya.
Telegraph melaporkan ratusan kerabat dan famili Jang dikumpulkan lalu dijebloskan ke kamp kerja paksa.
"Jadi, tentu sekarang Kim Jong-un sendiri, sehingga membuka peluang adanya kudeta dari militer Korut," kata Fujimoto.
Ternyata, tidak hanya Kim yang pernah dijadikan sasaran kudeta. Harian Telegraph melaporkan pernyataan seorang intelijen Korut yang membelot dan mengungkap adanya usaha pembunuhan terhadap Kim Jong-il. Selain itu, sebuah unit militer juga berupaya untuk menyerang Pyongyang dengan rudal.
Intelijen yang tidak disebut namanya itu, mengatakan paling tidak ada dua upaya kudeta yang dilakukan Tentara Rakyat Korea. Salah satunya dilaporkan oleh harian Chosun Ilbo, Juli lalu.
Mereka menulis ada pertempuran kecil antara Tentara Korut dengan mantan panglima militer Ri Yong-ho. Tentara yang dipimpin Wakil Panglima Militer Choe Ryong Hae, berusaha menangkap Ri setelah diturunkan dari jabatannya.
Pengawal Ri kemudian memulai tembakan yang memicu pertempuran, sehingga menyebabkan 20 hingga 30 tentara tewas. Dalam peristiwa itu, Ri disebut merencanakan kudeta, walau lagi-lagi tuduhan itu tidak dapat dikonfirmasi.